Warungberita.com – Bencana banjir Aceh dan longsor yang melanda sejak 18 November 2025 terus menyisakan duka mendalam. Hingga Kamis malam pukul 19.31 WIB, Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi Aceh merilis data terbaru: 326 korban meninggal dunia dan 167 orang masih hilang. Angka ini terus diperbarui seiring laporan dari berbagai daerah yang terdampak.
Juru Bicara Posko Tanggap Darurat, Murthalamuddin, menjelaskan bahwa jumlah korban meninggal kembali bertambah seiring dengan proses identifikasi. Sementara itu, laporan warga hilang cenderung menurun karena beberapa dari mereka berhasil ditemukan selamat atau kembali ke keluarganya. Namun, kondisi di lapangan masih sangat berat dan memerlukan upaya besar untuk menjangkau titik-titik terisolasi.
Bencana hidrometeorologi ini tercatat berdampak di 18 kabupaten/kota, meluas hingga 227 kecamatan serta menimpa 3.433 gampong. Jumlah warga terdampak pun tidak main-main—mencapai 344.018 kepala keluarga atau setara 1,68 juta jiwa, angka yang membuat skala bencana ini menjadi salah satu yang terbesar dalam beberapa tahun terakhir di Aceh.
Dari total warga terdampak, 813.017 jiwa harus mengungsi ke 698 lokasi pengungsian. Banyak dari mereka kehilangan rumah, akses transportasi, bahkan kontak dengan keluarga. Dalam laporan resmi, disebutkan bahwa 1.435 warga mengalami luka ringan, 523 luka berat, sementara ribuan lainnya masih membutuhkan layanan kesehatan dan logistik dasar.
Kerusakan fasilitas umum juga cukup parah. Tercatat 176 perkantoran, 64 tempat ibadah, 246 sekolah, enam pesantren, serta 240 fasilitas kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit ikut terdampak. Jalan dan jembatan pun ambrol di banyak titik—masing-masing 442 dan 224 titik rusaknya—yang makin mempersulit proses distribusi bantuan.
Untuk kerugian materil, data sementara menunjukkan lebih dari 111 ribu rumah rusak, 182 ekor ternak mati, hingga puluhan ribu hektare lahan pertanian dan perkebunan ikut hancur. Situasi ini membuat banyak warga kehilangan mata pencaharian dalam waktu singkat.
Murthalamuddin menegaskan bahwa pemerintah bersama tim gabungan—mulai dari TNI, Polri, BNPB, relawan, hingga organisasi kemanusiaan—sedang berupaya maksimal untuk mempercepat proses evakuasi dan pencarian korban hilang. Prioritas utama saat ini adalah menyelamatkan warga dan memastikan kebutuhan dasar seperti air bersih, makanan, serta layanan kesehatan terpenuhi.
Distribusi bantuan pun terus digenjot. Untuk wilayah yang bisa dijangkau jalur darat, logistik langsung dihantarkan dari posko-posko utama. Namun untuk daerah yang masih terisolasi seperti Aceh Tamiang, Langsa, Aceh Timur, hingga wilayah dataran tinggi seperti Bener Meriah, Gayo Lues, Aceh Tengah, dan Aceh Tenggara—bantuan dikirim menggunakan jalur udara dan laut.
“Kami terus berusaha menjangkau seluruh titik terdampak tanpa kecuali,” ujar Murthalamuddin.
Dengan skala bencana sebesar ini, Aceh kembali menunjukkan betapa pentingnya kesiapsiagaan menghadapi cuaca ekstrem. Semoga proses evakuasi dan distribusi bantuan berjalan lancar dan para korban hilang segera ditemukan.
