Warungberita.com – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali menyoroti eksistensi aplikasi media sosial TikTok AS yang berada di bawah naungan perusahaan teknologi Tiongkok, ByteDance. Trump menegaskan bahwa keamanan data pengguna menjadi alasan utama pemerintah harus bertindak tegas.
Menurut Trump, TikTok berpotensi menjadi ancaman serius jika data penggunanya jatuh ke tangan pemerintah asing. “Kita tidak bisa membiarkan jutaan data warga Amerika dikendalikan oleh perusahaan asing. TikTok harus diputuskan nasibnya, dan ByteDance harus menjual operasi mereka di Amerika Serikat,” ujarnya dalam sebuah wawancara dengan media lokal, Kamis (25/9/2025).
Isu ini bukan pertama kalinya mencuat. Saat menjabat Presiden AS pada 2020, Donald Trump pernah mengeluarkan perintah eksekutif yang menuntut ByteDance melepas kepemilikan TikTok AS. Meski langkah tersebut kemudian dihentikan oleh pemerintahan Joe Biden, wacana pemblokiran kini kembali menguat seiring meningkatnya ketegangan geopolitik antara AS dan Tiongkok.
Trump menegaskan, jika ByteDance tidak segera menjual, pemerintah memiliki kewajiban untuk menutup akses TikTok AS. “Kalau mereka tidak mau menjual, maka TikTok akan kita blokir. Ini bukan hanya soal bisnis, tapi soal keamanan nasional,” tegasnya.
Di sisi lain, kebijakan terkait TikTok selalu menuai perdebatan. Sebagian pihak menilai langkah pemblokiran dapat mengganggu kebebasan berekspresi dan merugikan jutaan kreator konten di Amerika Serikat. Namun, bagi pendukung Trump, keamanan data jauh lebih penting dibandingkan aspek bisnis maupun hiburan.
ByteDance, perusahaan induk TikTok, berulang kali membantah tuduhan bahwa mereka menyalurkan data pengguna ke pemerintah Tiongkok. “Kami tidak pernah membagikan data pengguna TikTok dengan pemerintah Tiongkok dan tidak akan pernah melakukannya jika diminta,” tulis ByteDance dalam pernyataan resminya.
Namun, keraguan masih terus muncul. Apalagi, laporan dari sejumlah lembaga keamanan siber di AS menunjukkan adanya potensi akses data sensitif melalui server yang berlokasi di luar negeri.
TikTok AS saat ini memiliki lebih dari 150 juta pengguna aktif bulanan. Aplikasi tersebut juga menjadi sumber pendapatan besar bagi jutaan kreator konten dan bisnis kecil. Jika TikTok benar-benar diblokir, dampaknya akan meluas ke ekosistem digital dan ekonomi kreatif.
“Banyak pelaku usaha kecil bergantung pada TikTok untuk menjangkau konsumen. Jika platform ini hilang, tentu mereka akan terpukul,” ujar seorang analis industri teknologi di Washington.
Meski demikian, Donald Trump tetap berpegang pada sikapnya. Baginya, ancaman keamanan nasional tidak bisa dinegosiasikan. “TikTok itu menyenangkan, saya tahu. Tapi tidak ada hiburan yang lebih berharga dari keamanan negara kita,” pungkasnya.
Kontroversi seputar masa depan TikTok AS kembali mengemuka setelah Donald Trump menegaskan tuntutan agar ByteDance melepas kepemilikannya. Pertarungan antara kepentingan keamanan nasional dan kebebasan digital akan menentukan langkah berikutnya, apakah TikTok tetap bertahan di Amerika Serikat atau benar-benar diblokir.