Warungberita.com – Gunung Rinjani, yang dikenal dengan keindahan alamnya, menjadi saksi tragedi jatuhnya seorang pendaki asal Brasil, Juliana Marins (26), di jalur menuju Danau Segara Anak.
Juliana ditemukan dalam kondisi meninggal dunia pada Selasa, 24 Juni 2025, di sebuah jurang di kawasan Cemara Nunggal. Tim SAR gabungan yang berjumlah 48 personel melakukan evakuasi dalam kondisi medan dan cuaca yang sangat menantang.
Proses evakuasi melibatkan tim gabungan dari berbagai pihak, termasuk Basarnas, Unit SAR Lombok Timur, Brimob, Polisi Hutan, Emergency Medical Help Community (EMHC), Lorax, Porter, dan Rinjani Squad.
Salah satu langkah awal dalam evakuasi adalah menggunakan helikopter bantuan dari PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT). Namun, cuaca buruk dan kabut tebal memaksa upaya tersebut dihentikan.
“Cuaca ekstrem membuat evakuasi udara tidak memungkinkan, sehingga kami beralih menggunakan metode vertical lifting,” ungkap Kepala Kantor SAR Mataram, Muhamad Hariyadi. Dengan metode ini, tim berhasil menjangkau lokasi korban yang berada di kedalaman sekitar 600 meter pada sore hari.
Ketika korban ditemukan pada pukul 18.00 WITA, kondisi medan yang curam dan hari yang semakin gelap membuat tim SAR memutuskan untuk bermalam di lokasi kejadian.
Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI Mohammad Syafi’i menyatakan bahwa pemeriksaan awal memastikan korban telah meninggal dunia.
“Telah dilakukan pemeriksaan terhadap korban dan tidak ada ditemukan tanda-tanda kehidupan,” ujar Syafi’i. Keputusan untuk bermalam dilakukan guna memastikan keselamatan tim SAR saat melanjutkan evakuasi pada pagi hari berikutnya.
Pada Rabu pagi, 25 Juni 2025, proses evakuasi dilanjutkan. Tubuh Juliana diangkat ke atas tebing dan dibawa menyusuri jalur pendakian menuju Posko Sembalun. Dari sana, korban rencananya diterbangkan menggunakan helikopter ke Rumah Sakit Bhayangkara Mataram untuk penanganan medis lebih lanjut.
Seluruh proses evakuasi menunjukkan dedikasi tinggi dari tim SAR gabungan yang menghadapi berbagai tantangan medan, cuaca buruk, dan jarak pandang yang terbatas.
Kejadian yang menimpa Juliana Marins menjadi pengingat akan pentingnya persiapan matang saat melakukan pendakian, terutama di gunung-gunung dengan medan yang ekstrem seperti Gunung Rinjani. Keindahan gunung ini sering kali memikat para pendaki, namun risikonya tidak dapat diabaikan.
Para pendaki disarankan untuk selalu memperhatikan kondisi fisik, membawa peralatan yang memadai, serta mengikuti arahan pemandu atau porter berpengalaman. Cuaca yang berubah-ubah di kawasan pegunungan juga menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan sebelum memulai perjalanan.
Tragedi ini juga menyoroti pentingnya keberadaan tim SAR yang terlatih dan berkoordinasi dengan baik. Dedikasi dari tim gabungan yang terlibat dalam evakuasi layak mendapat apresiasi, mengingat kondisi medan dan cuaca yang sangat menantang.
Dengan berakhirnya proses evakuasi, keluarga korban dapat segera melakukan langkah-langkah lebih lanjut, sementara pihak terkait diharapkan dapat mengevaluasi sistem keamanan dan manajemen pendakian di Gunung Rinjani untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.