Warungberita.com – Cap Go Meh adalah salah satu perayaan yang sangat dinantikan dalam tradisi Tionghoa. Berlangsung pada hari ke-15 setelah Tahun Baru Imlek, Cap Go Meh menjadi penutup dari rangkaian perayaan Imlek yang penuh dengan sukacita dan harapan.
Kata “Cap Go Meh” berasal dari dialek Hokkien, yang secara harfiah berarti “malam kelima belas.”
Sejarah dan Makna Cap Go Meh
Cap Go Meh memiliki akar sejarah yang panjang dan kaya. Dalam budaya Tionghoa, malam ke-15 setelah Tahun Baru Imlek menandai bulan purnama pertama dalam kalender Lunar.
Perayaan ini dipercaya sebagai waktu untuk mengungkapkan rasa syukur dan doa untuk keberuntungan sepanjang tahun.
Selain itu, Cap Go Meh juga memiliki makna mendalam dalam mempererat tali persaudaraan dan kerukunan antarindividu maupun komunitas.
Pada zaman Dinasti Han, Cap Go Meh dirayakan dengan berbagai tradisi seperti festival lentera. Lentera yang diterangi melambangkan harapan, kebahagiaan, dan keberuntungan. Tradisi ini kemudian berkembang hingga menjadi perayaan budaya yang kini kita kenal.
Tradisi dan Ritual Cap Go Meh
Salah satu ciri khas Cap Go Meh adalah festival lampion. Di banyak tempat, lampion-lampion indah menghiasi jalanan, memberikan suasana yang magis dan meriah. Selain itu, beberapa tradisi menarik yang sering dilakukan saat Cap Go Meh meliputi:
- Prosesi Barongsai dan Liong (Naga): Tarian barongsai dan naga sering menghiasi perayaan Cap Go Meh. Tarian ini dipercaya membawa keberuntungan dan mengusir roh jahat.
- Makan Lontong Cap Go Meh: Di Indonesia, Cap Go Meh identik dengan hidangan lontong khas yang melambangkan akulturasi budaya Tionghoa dan lokal.
- Pawai Budaya: Di beberapa daerah, seperti Singkawang di Kalimantan Barat, Cap Go Meh dirayakan dengan pawai budaya besar-besaran, termasuk atraksi Tatung (orang yang dirasuki roh leluhur) yang menjadi daya tarik wisata.
Cap Go Meh di Indonesia
Di Indonesia, Cap Go Meh telah menjadi tradisi unik yang mencerminkan keberagaman budaya. Perayaan ini tidak hanya digelar oleh komunitas Tionghoa, tetapi juga melibatkan masyarakat dari berbagai latar belakang.
Salah satu perayaan Cap Go Meh terbesar di Indonesia berlangsung di Singkawang, yang bahkan dijuluki sebagai “Kota Seribu Lampion.”
Tradisi ini juga menjadi momen penting untuk mempromosikan pariwisata dan memperkuat toleransi antarumat beragama di Indonesia.
Melalui pawai budaya dan kuliner khas, Cap Go Meh menunjukkan harmoni antara budaya Tionghoa dan budaya lokal.
Cap Go Meh adalah salah satu tradisi penting dalam budaya Tionghoa yang merangkum sejarah, spiritualitas, dan kearifan lokal.
Dengan berbagai ritual seperti festival lentera, tarian barongsai, dan lontong Cap Go Meh, perayaan ini tidak hanya menjadi simbol keberuntungan tetapi juga mempererat kerukunan dalam masyarakat.
Melestarikan tradisi ini berarti menghargai nilai-nilai kebersamaan dan keberagaman yang menjadi kekayaan bangsa.
Jadi, kalau kamu memiliki kesempatan, jangan ragu untuk merasakan semarak perayaan Cap Go Meh dan menikmati kekayaan budaya yang ditawarkannya.